Oleh
: Amaq Angzi
GEMADARUSSALAM_Disini
Penulis sedikit mengungkap tentang perjalanan keteika menghadiri Musyawarah
Panitia Peringatan Takmir Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1439 H di Masjid
Nurul Islam Desa Rensing Bat, Surat Undangan Musyawarah di kemas dengan rapi
yang mana Panitia penyelenggara berasal dari Tiga organisasi yaitu, Remaja
Masjid, Karang Taruna dan Aliansi Mahasiswa Pemuda Rensing Bat.
Pelaksanaan
musyawarah di laksanakan pada malam Sabtu Tanggal 17 Ramadhan bertepatan dengan
tanggal 2/6/2018 M selesai shalat tarawih sebagai persiapan pelaksanaan
kegiatan menyambut Hari Raya tahun 1439 H yang jatuh Insyaallah pada hari Jumat
tanggal 15 Juni 2018.
Malam
itu saya sengaja datang terlambat dari undangan rapat jam 08.30 wita karena
sebelumnya saya ada kerjaan lain yang perlu di selesaikan. Pada kurang lebih
jam 09.00 wita sayapun berangkat menghadiri rapat tersebut dengan harapan
banyak teman-teman senior yang hadir memenuhi undanagan tersebut, tetapi sesampainya
saya di tempat rapat yang terlihat hanya bajang-bajang ingusan yang masih belum
banyak paham tentang kehidupan bermasyarakat.
Sesampainya
saya di tempat musyawarah, saya mengambil tempat duduk paling pojok di selatan
dengan tujuan bisa bersandar sambil rilexs menikmati malam dengan harapan ada
jajan nyomom yang di sodorkan di depan
saya...hehe. sebenarnya jajan yang di harap hanya sekedar basa-basi angan-angan
kecil saya saja.
Malam
itu acara musyawarah saya datang sudahpun di mulai, mungkin beberapa menit saja
dan saya paham dengan keadaan mereka.Saya duduk hampir setengah jam, masih
belum ada di antara mereka bajang-bajang ingusan yang menegur saya, hinggalah
hidangan jajanan nyomom khas selesai terawih pun datang, namun jajan-jajan ini
tidah sepiringpun di taruh di depan saya, dalam hati saya terpikir, adakah
anak-anak ini sadar tentang kehadiran saya ataukah tidak?. Hinggalah ketua
panitia M.Patihan menegur, “Pak Kaur Maeh” hanya itu kata-kata yang keluar dari
mulutmya.saya diam dan menengoknya. Saya terfikir, kanapa dengan anak-anak ini,
mereka mengundang saya tapi di cuekin,seolah saya barang tak berharga,tapi
tidak mengapalah pikirku, mungkin itu salah satu karakter mereka yang belum
pahan tata kerama bertamu dan menerima tamu.
Sa`at
mereka makan jajanpun masih mereka tidak berbasa-basi menegur, mereka nunduk
makan makanan yang ada di depannya, seakan ndak mau peduli saya yang ada di
belekang mereka. Saya masih menahan dan memendam sambil menengok kiri kanan
akan ada yang mau peduli menegur tapi masih juga terlihat mereka diam.
Dalam
rapat malam itu, hanya terlihat tiga orang utusan dari Darusslam yaitu, saya,
Maskam dan Zulkifli yang memenuhi undangan panitia, sebenarnya menerut
informasi banyak yang di undang namun banyak teman-teman pemuda Darussalam yang
tidak bisa hadir karena kesibukannya masing-masing.
Sudah
hampir sejam saya masih lagi duduk terpaku sibuk dengan Hp saya, hinggalah
ketua Remajapun datang dan menegur dengan jabat tangan.selang beberapa menit
datang lagi utusan Dayen Kubur yang tak lain adalah Faizun Fikri orang ke tiga
yang menegur saya.
Musyawarah
sudah hampir satu jam setengah, tibalah saatnya untuk sesi menyampaikan
pendapat tentang mata lomba yang akan di laksanakan nantinya. Ada banyak mata
lomba yang akan di lombakan pada menjelang lebaran nanti yang sudahpun di
bacakan oleh seksi bagian pelaksana lomba, namun mata lomba yang di sampaikan
menerut saya yang itu-itu terus tidak ada perubahan dan penambahan dari
tahun-tahun sebelumnya.
Ada
banyak pendapat yang diusulkan termasuklah masalah lomba kebersihan antar RT,
Malam itu saya sempat juga berpendapat menyetujui pendapat tentang lomba
kebersihan tersebut,saya di situ sangat setuju dengan apa yang d usulkan
mengingat kondisi lingkungan desa yang masih sebagian tempat masih kumuh dan
perlu tindakan sebegini dengan tujuan membantu pemerintah desa mengentaskan
masalah sampah.namun usulan tersebut banyak yang tidak setuju di karenakan
alasannya itu adalah ranah Desa.
Masih
lagi tentang usulan pendapat yang saya sampaikan, tentang kebersihan adalah
salah satu usulan saya juga malam itu walau sudah ada yang mengusulkan
sebelumnya. Lanjut ke usulan saya yang ke dua yaitu tentang menulis, saya
mengusulkan untuk di adakan lomba menulis seperti, menulis berita, menulis puisi
atapun cerpen, karena menurut saya menulis adalah salah satu cara kita untuk
mendapatkan ilmu dan mengajak masyarakat terutama pemuda bagaimana menulis itu
nantinya juga bisa mendapatkan uang, itu untuk kebaikan, ilmu yang di dapat
bisa di ekspresikan lewat tulisan untuk berbagi informasi bermanfaat pada
sesama ke dunia luar.
Malam
itu saya sedikit kecewa dengan peserta musyawarah, terutama senior-senior yang
sepertinya ikut-ikutan tidak merespon pendapat saya, sebenernya saya tidak
inginkan pendapat saya di terima, tapi maksud saya itu ya di lemparkanlah ke
peserta rapat agar nanti peserta menanggapinya apakah baik untuk di lombakan
ataukah tidak, ini tidak, sampai mau berakhir rapat MC dan peserta rapat tidak
ada yang menggubris pendapat saya, tetapi bila pendapat orang lain yang menurut
saya tidaklah berkelas di bahas sampai memekik telinga mereka membahasnya
bahkan seniaor-senior yang hadirpun ikut-ikutan.
Dalam
hati saya terfikir, ternyata cara rapat sok tau yang dari zaman A sampai zaman
Z masih di gunakan oleh anak-anak ini terutama senior-senior yang ikut rapat
malam itu.”Mereka Kau Cicipi, Aku Kau Campakkan”
mungkin itulah kata-kata yang pas untuk saya katakan tentang rapat malam itu.
Masih
lagi saya berada di antara peserta rapat, hati saya kembali berfikir untuk
segera cabut dari tempat mereka agar tidak menambah sakit dan kecwanya hati
ini. saya hadir malam itu karena saya memenuhi undangan mereka dengan harapan
dapat mengetahui apa yang di bahas dan dihasilkan, namun nyatanya kekecewaan
yang saya dapatkan. Dengan rasa kecewa yang berkecamuk, sayapun izin pulang
duluan ke ketua remaja karena tidak tahan rasa kecewa dengan perlakuan sebagian
peserta rapat yang isinya anak-anak ingusan yang menurut saya belum paham tata
kerama.
Cerita
malam itu ternyata tidak habis sampai di situ.sebelum pulang langsung kerumah,
sayapun menyempatkan menengok teman-teman yang sedang bekerja mengangkut tanah
dan ngecor gang di Dusun tumuk Rurung.setelah terasa pegal sayapun pulang,
sampai di rumahpun saya tidak langsung tidur, melainkan menuju mushalla untuk
tadaruusan. Sesampainya saya di Mushalla saya tidak jadi mengaji karena melihat
anak-anak muda yang sedang berkerumun kecapean setelah pulang bekerja. Dalam
bincang-bincang malam itu anak-anak muda Gubuk Madrasah banyak menyampaikan
pendapat tentang kegiatan malam lebaran nanti, terutama pawai takmir malam hari
Raya dan menyepakati untuk tidak akan membuat miniatur untuk pawai malam raya
nantinya karena pihak penyelenggara tidak memperbolehkan lagi ada eksesoris pendukung
untuk di bawa dalam pawai tersebut.
Nah
di sinilah letak persoalan yang kita bincang bersama pemuda Darussalam malam
itu,ada informasi yang tidak sedap di dengar yang di terima dari panitia
penyelengggara takmir Raya malam itu, entah itu benar ataukah tidak, konon
tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya kami peserta dari Darussalam membuat
Miniatur sampai tidak puasa dan tidak shalat Tarawih semata-mata untuk
menyiapkan itu. Semua pemuda yang mendengar dengan spontan tersentak kaget,
kanapa kata-kata itu timbul, kanapa mempitnah tiada bukti, menurut mereka itu
sangat menyentuh dan menyinggung perasaan kami pemuda darussalam yang ikhlas
dan kompak dalam segala kegiatan apapun. memeng mereka tidak menyebut satu
kelompok, tapi menurut kami, itu sudah tujuannya ke kita karena hanya kita yang
membawa miniatur di setiap pawai malam lebaran.
Ternyata
niat baik dan rasa kebersamaan di anata kami Masyarakat dan Pemuda Darussalam
ada yang menodainya dengan isu-isu murahan yang memecah belah antara kami dam
masyarakat luar Darussalam.Seakan kebersamaan yang kita tunjukkan selama ini
sirna dengan kata-kata yang tak terbukti kebenarannya.kami merasa tersentuh
dengan kata-kata itu walau mungkin tujuannya baik untuk masyarakat, tapi tidak
baik rasanya bagi kami karena di ucap pada forum seperti malam itu. Kami akui
memang, di Lebaran tahun 1438 H lalu kami pemuda Darussalam pernah bentrok dengan
panitia penyelenggara gara-gara salah paham, bagi kami itu sudah berlalu dan
sudah kami lupakan.di kegiatan kali ini ternyata mereka masih mengingatnya seakan
menurut kami tempat mereka membalas perlakuan kami waktu itu. Itu anggapan kami
saja mudah-mudahan ini tidak seperti itu.
Perbincangan
itu makin memanas, banyak andaian yang timbul dari anak-anak muda Darussalam,
mulai dari anggapan miring hingga anggapan lurus.salah satu pemuda menampik isu
itu dengan semangat dan di aminkan teman-temannya, “mereka (pihak lain) seolah
takut dengan kemenangan yang selalu ke kita karena kitalah yang terbaik di
setiap lomba, ucap sebagian mereka, yang lain lagi menyahut, karena kami kompak
segalanya bisa terwujud. Ini bukti kami kalau kami kecil tapi semangat yang
membuat kami menjadi besar, dan di barangi dengan ucapan Allahu Akbar, semangat
itu kembali membara dari anak-anak darussalam.kita tidak berhenti di sini,
terus berjuang selagi mampu ucap salah satu pemuda”.
Malam
itu banyak hal yang kami bincang dengan anak-anak muda darussalam, terutama
bersama Zulkifli yang baru kali ini bisa ikut nimbrung dalam kegiatan takmir
Lebaran di Masjid. Malam itu zul juga sempat meluahkan rasa kecewanya pada kami
tentang segelintir peserta rapat yang menurutnya banyak yang tidak mentaati
aturan dalam bermusyawarah, mulai dari sering menyampuknya mereka yang di
anggap pembina/pembimbing ikut dalam segala kehendak yang menurutnya tidak
releven untuk di setujui dalam musyawarah tersebut dan menganggpnya hanya dia
saja yang mau di setujui pendapat dan sarannya dan menyampingkan pendapat orang
lain.
Saya
sempat bilang kepada zul, kalau itu memang sudah berlangsung lama, tiap tahun
memang itulah caranya tidak pernah di rubah, merekalah yang paling benar segala
ide dan pendapatnya.Zul terdiam dan sekali sekala mengangguk-angguk dan
sesekali bilang ternyata begini mereka semua, baru saya tau, ucapnya. Saya
sebagai orang yang sudah paham dan mengerti dengan keadaan itu, saya selalu mengingatkan
zul untuk tetap menghadapi dan mengikuti apa yang terjadi, biarkan yang buruk
berlalu dan mari ambil sisi baiknya, itulah pesan saya untuknya sama seperti
apa yang saya salalu pesan kepada pemuda Darussalam yang lain.
Di
Tulisan ini sedikit saya ingin katakan tentang kami di Darusslam, membangun
sebuah kebersamaan itu tidak gampang, semua bermula dari diri kita sendiri,
kesadaran individu yang sangat mempengaruhinya tanpa itu semua kebersamaan
tidak akan bisa terwujud.Alhamdulillah setiap individu kemungkinan keinginannya
sama, nah itu kami di Darussalam.
Nah
melihat itu, kami di Darussalam dengan segala kekompakan dan kebersamaan itu,
kita ekspresikan dalam bentuk kegiatan yang mungkin tidaklah berlian, tapi
memberikan makna baik untuk satu kebersamaan di kalangan kami di Darusslam.
Dalam hal membangun apapun itu, semua di lakukan dengan bersama atas dasar
musyawarah.
Nah
di sini pelurusan itu saya katakan semua yang di tuduhkan tentang kami tidak
benar, kami ikhlas dan jika itu terjadi tidak pada semua hanya segelintir saja
dan itu sudah biasa di kalangan anak muda. Kami tetap pada perinsip beriman dan
tetap bersatu dalam ruang lingkup kecil ini tetap semangat dan berjuang untuk
setiap tujuan.
Akhirnya,
Tulisan ini sebagai salah satu pembuktian dan luahan rasa kecewa saya bersama
pemuda Darussalam, mudah-mudahan semua ini tidak di salah artikan dan tidak
timbul pitnah di kalangan mereka yang mungkin membaca tulisannya. Pahami isi
tulisannya bukan memvonis penulisnya dengan kata yang tidak sesuai.banyak hal
yang perlu kita pelajari dari isi tulisan ini.
Kurang
lebih tentang isi tulisan ini mohon di Maafkan, semoga bermanfaat. Wassalam
No comments:
Post a Comment