GEMADARUSSALAM_Ada uang ada air, Mungkin itulah bahasa yang pas untuk di
gunakan pada artikel ini, Cerita ini datang dari sebuah penomena kehidupan
masyarakat petani di sebuah desa pedalaman di Sakra Barat Lombok Timur. Kisah
terjadi ketika musim kemarau dan musim pacaklik kurangnya pasokan air yang di
turunkan dari Dam Pandan Duri.
Penomena ini terjadi bukan sekali dua kali, ternyata sudah
puluhan kali bahkan ratusan kali semenjak sebelum bendungan pandan duri terbesar
di pulau lombok itu di bangun, sulitnya mendapatkan air untuk mengairi sawah
yang sedang membutuhkan air membuat masyarakat di desa itu berebut bak lalat
kerumuni tai di tepi sungai. Semua seolah tak perduli mana saudara dan mana
orang lain yang penting sawah bisa terairi.
Masyarakat banyak terdengar merungu, mengata seolah petugas
mementingkan mereka yang ada uang dan menepikan mereka yang tidak beruang,
walhal pembayaran tahunan (Suinih) tiap tahun kita keluarkan dan itu sudah
menjadi keputusan musyawarah petani bersama Pengurus P3A untuk tidak ada biaya
lagi yang akan di pungut saat inginkan air untuk mengairi sawah.
Namun hari ini, cerita seorang warga desa setempat yang
menceritakan apa yang ia alami dan sedang terjadi antara petugas/Pekasih dan
masyarakat petani. Ternyata ada uang ada air, itulah pakta yang terjadi hari
ini, ungkapnya.
Pungutan ini bukan tak berasas, ia dilakukan karena keadaan,
jika itu (pungutan) tidak dilakukan, petugas yang lebih atas lagi tidak akan memberikan
kita air, ungkap salah seorang pekasih yang di tanya pemberita.
Pemberian air dari dam pandan duri untuk masing-masing petugas
bukan tiap minggu bisa dilakukan, melainkan dalam sebulan kita hanya di berikan
waktu hanya dua kali giliran, itupun kadang besar kadang kecil air yang kita
terima dan menggunakan sistem waktu, sambung pekasih yang tak ingin di sebut
Identitasnya ini.
Berharap, ke depan akan ada sistem pengaturan yang bisa mengatur
pembagian air ini dengan baik agar tidak terjadi kejadian yang tidak kita inginkan
seperti yang sebelum ini sering terjadi, gesekan antar petani karena paktor
cara pembagian dari petugas yang terkesan berat sebelah dan juga sikap ego yang
di tunjukkan sebagian peteni yang mau menang sendiri. Mudah-mudahan pemerintah
setempat jeli melihat kondisi ini dan bisa memberikan solusi agar
kejadian-kejadian serupa tidak terjadi lagi, Harap seorang warga yang enggan namanya di sebut.
No comments:
Post a Comment