Oleh : Yusranil Fathi
GEMADARUSSALAM_Bagi sebagian kita, rakyat
Indonesia hari ini terbelah kalau tidak pro Jokowi berarti kontra Jokowi.
Seakan hanya dua kelompok itu yang ada di negeri ini. "Enggaqne doang
isine" istilah sasaknya. Polarisasi ini bak atraksi tanpa akhir hingga
hari ini sejak pilpres 2014, setiap kejadian dan fenomena digoreng dan dibungkus
sebagai amunisi menyerang lawan. Kita kemudian
hidup dalam benci dan curiga berlebih terhadap kelompok lawan, dan di sisi lain
cinta berlebih terhadap kelompok sendiri, kemudian saling klaim sebagai
kelompok dengan logika dan nalar paling sehat, diluar mereka adalah idiot.
Parahnya, sebagian kita menikmati hanyut dalam perpecahan itu, dengan terus menerus menabuh gendang curiga dan benci berlebih dan menihilkan upaya rekonsiliasi antar anak bangsa.
Hari ini, timeline sosial media sedang penuh dengan beragam tafsir atas statement TGB terhadap wacana pencapresan Jokowi pada periode selanjutnya.
Bagi sebagian kita, telah membuat kesimpulan sendiri
dengan menyeret TGB harusnya berada pada kelompok yang satu dan tidak dengan
kelompok yang lain. TGB diasumsikan sama dengan sebagian kita bahwa TGB juga
harus memilih salah satu dari dua kelompok tersebut, padahal faktanya TGB
tidaklah berada di salah satu dari keduanya.
Mengenai statement TGB, saya pikir statement tsb sangat normatif, sbg bentuk apresiasi atas wacana pencapresan Jokowi. Namun hal tersebut terlalu dini bila ditafsirkan sebagai bentuk dukungan politik, apalagi kemudian dibumbui kecurigaan sebagai niatan TGB mencari panggung cawapres Jokowi.
Yang harus disadari, kebencian yang kita miliki hari
ini terlalu berlebih dan menyebabkan hilangnya ruang apresiasi dalam hati kita
terhadap suatu hal positif yang dimiliki lawan politik kita.
Di sisi lain TGB ini memiliki keunikan dalam hal adab
dan akhlak, sbg politisi yang lahir dari pesantren, TGB ini belum pernah
terekam mengeluarkan statemen atau hujatan yang meruntuhkan harga diri dan
wibawa tokoh lain meskipun itu lawan politiknya.
Sementara sebagian kita, yang terlalu asyik hanyut dalam pertikaian politik pro dan kontra pemerintah, terlalu berharap tokoh2 bangsa untuk terus saling hujat dam fitnah dengan kata-kata kotor sbg legitimasi (diantara dua kelompok yang dibentuk pikiran kita itu) di kelompok mana dia berdiri.
Justru dengan menyadari bahwa ternyata hari ini bangsa
kita telah terpecah, kita membutuhkan lebih banyak tokoh2 seperti TGB yang
berdiri di tengah sebagai perekat kembali persatuan kita. Kita butuh tokoh yg
menyadarkan kita untuk belajar kembali saling menghargai, dan tdk saling benci
secara berlebih serta mengutamakan persatuan anak bangsa. Saya yakin sebagian
kita sudah jenuh dan muak dengan tontonan kelompok "cebong dan
kampret" ini.
No comments:
Post a Comment