Struktur Ekonomi dan Politik Transaksional di Lombok Timur - gema darussalam

Breaking

gema darussalam

Bicara Apa Adanya, Berbagi Cerita dan Berita, Dari Desa Terbang Menyapa Dunia

Monday, 17 September 2018

Struktur Ekonomi dan Politik Transaksional di Lombok Timur

Oleh, M. Yusranil Fathi, ST
GEMADARUSSALAM_Struktur Perekonomian di Lombok Timur masih bersandar pada sektor primer, yaitu kegiatan ekonomi yang mengandalkan perekenomian dari hasil bumi seperti pertanian, perikanan dan pertambangan. Struktur ekonomi seperti ini menunjukkan minim dan mandulnya strategi pembangunan ekonomi di daerah ini. Ketika masa jayanya era Orde Baru, Presiden Suharto telah mencanangkan era tinggal landas yang mengacu kesiapan negeri ini memasuki era industrialisasi, yaitu era transormasi struktur ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder, dimana sektor sekunder bersandar pada industri pengolahan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi yang jauh lebih besar dari sektor primer.

Sementara hari ini, ekonomi dunia sedang demam dengan revolusi industri 4.0 yang merujuk pada kemajuan teknologi digital yang bisa dimanfaatkan untuk kemajuan ekonomi.
Melihat dua kondisi tersebut, kita di Lombok Timur mestinya terperanjat, dan terkejut sekeras-kerasnya betapa kemalangan pembangunan ekonomi kita terjadi. Struktur ekonomi kita sangat tradisional sementara hari ini di belahan negeri atau bumi yang lain mereka berlomba-lomba memperoleh pulus lebih dari ekonomi digital.

Struktur ekonomi primer yang hanya mengandalkan pada hasil alam tidak cukup memberikan kita lapangan kerja yang memadai sehingga dengan terpaksa anak negeri ini menggantungkan hidup menjadi TKI di negeri jiran. TKI kita bercerita tentang kecanggihan teknologi di negeri jiran yang tidak dimiliki daerah kita. Namun mereka tidak menyadari bahwa kita juga memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki perusahaan besar dengan teknologi tinggi di daerah sendiri yang mampu mempekerjakan masyarakat kita. Sekiranya pemerintah daerah kita memiliki kapasitas dan kompetensi mendatangkan investasi multi million dollar dengan teknologi tinngi, akan terjadi proses transformasi
Kemiskinan di Lombok Timur seperti dipelihara, karena dengan hal tersebut penguasa bisa terus menerus melanggengkan kekuasaannya. Kemiskinan yang dipelihara melahirkan masyarakat yang terus menerus tertarik dengan uang receh yang hanya diperoleh ketika terjadi suatu kontestasi baik pilkada maupun pileg. Pikiran masyrakat menjadi mandul karena berpikir tentang hari ini saja, kemampuan berpikirnya menjadi tidak mampu menerobos dimensi waktu yang lebih jauh dari hari ini, mereka tidak memiliki cita-cita tentang ekonomi yang bagus, tidak punya impian dan gambaran tentang kebijakan yang memberi kail, karena mereka hanya berpikir perlu ikan untuk makan hari ini.

Kondisi tersebut menyebabkan politik transaksional, yang diperhalus sebagai norma “take and give”, atau “memberi dan menerima” dalam budaya masyarakat kita. Dengan “lingkaran setan politik transaksional” tersebut, masyarakat kita juga akhirnya terjebak dalam “lingkaran setan kemiskinan” karena kita gagal memilih pemimpin atau wakil kita yang mampu berpikir dan bertindak lebih dari sekedar pikiran untuk melanggengkan kekuasaan.
Berabad-abad silam, negara-negara Eropa seperti Perancis dan Inggris memulai pengembangan sektor sekunder ekonominya dengan berkembangnya industri pengolahan yang disebut sebagai revolusi Industri, sementara kita hari ini masih saja berkutat dengan struktur ekonomi tradisional, seperti tak menemukan ide lain.

Sebagai solusi atas kondisi tersebut, kita berharap pemerintah dengan kewenangannya, betul-betul serius membangun ekonomi Lombok Timur. Tarik investasi melalui networking yang dimiliki, karena investasi tidak hanya meningkatkan PAD daerah, tapi memberi dan memperluas kesempatan kerja. Dengan lapangan kerja yang terbuka, masyarakat terdidik kita tidak akan hanya berlomba menjadi guru honorer, tapi berpeluang juga berlomba menjadi manajer-manajer perusahaan. Lapangan kerja yang luas akan meningkatkan daya beli masyarakat kita. Purchasing Power Parity yang meningkat akan menyebabkan peningkatan konsumsi dan bergeliatnya ekonomi masyarakat.

Selain itu, pemerintah harus mendorong tumbuhnya sektor industri pengolahan yang akan meningkatkan nilai tambah dari sekto primer seperti pertanian dan perikanan. Pemerintah perlu menghadirkan industri yang mengolah hasil bumi kita, seperti jagung menjadi pakan ternak, beras menjadi tepung atau panganan kemasan, atau pengolah tembakau menjadi rokok siap konsumsi, pengalengan ikan serta industri pengolahan ikan lainnya. Banyak peluang ekonomi yang didapatkan dari hal tersebut selain peningkatan nilai tambah barang, berupa perluasan kesempatan kerja, peningkatan daya beli dan tumbuhnya enterpreneur-enterpreneur baru.

Pemerintah juga harus lebih cerdas memilih program-program kebijakan ekonomi yang tidak hanya sekedar populis, tapi memberi efek multiplier yang besar terhadap ekonomi masyarkat dan daerah. Kebijakan-kebijakan pemerintah perlu dikaji secara ekonomi, cost benefit yang akan terjadi serta efektivitas dan efisiensinya terhadap pembangunan ekonomi, tidak sekedar sebagai kebijakan populis apalagi kebijakan yang bersifat balas dendam.

Pemerintah dengan kebijakan yang populis, memang dicintai masyarakat, itu hal bagus, tapi tidak cukup bagus kalau tidak memberikan andil dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Mari kita kejar ketertinggalan kita dalam pembangunan ekonomi dengan mengikuti proses politik yang rasional, memilih kandidat yang memiliki kompetensi dan kecakapan, dan menmpatkan the right man on the right place.

No comments:

Post a Comment