Oleh, M. Yusranil
Fathi, ST
GEMADARUSSALAM_Struktur Perekonomian di Lombok Timur
masih bersandar pada sektor primer, yaitu kegiatan ekonomi yang mengandalkan
perekenomian dari hasil bumi seperti pertanian, perikanan dan pertambangan.
Struktur ekonomi seperti ini menunjukkan minim dan mandulnya strategi
pembangunan ekonomi di daerah ini. Ketika masa jayanya era Orde Baru, Presiden
Suharto telah mencanangkan era tinggal landas yang mengacu kesiapan negeri ini
memasuki era industrialisasi, yaitu era transormasi struktur ekonomi dari
sektor primer ke sektor sekunder, dimana sektor sekunder bersandar pada
industri pengolahan yang menghasilkan nilai tambah ekonomi yang jauh lebih
besar dari sektor primer.
Sementara hari ini, ekonomi dunia sedang
demam dengan revolusi industri 4.0 yang merujuk pada kemajuan teknologi digital
yang bisa dimanfaatkan untuk kemajuan ekonomi.
Melihat dua kondisi tersebut, kita di Lombok Timur mestinya terperanjat, dan terkejut sekeras-kerasnya betapa kemalangan pembangunan ekonomi kita terjadi. Struktur ekonomi kita sangat tradisional sementara hari ini di belahan negeri atau bumi yang lain mereka berlomba-lomba memperoleh pulus lebih dari ekonomi digital.
Melihat dua kondisi tersebut, kita di Lombok Timur mestinya terperanjat, dan terkejut sekeras-kerasnya betapa kemalangan pembangunan ekonomi kita terjadi. Struktur ekonomi kita sangat tradisional sementara hari ini di belahan negeri atau bumi yang lain mereka berlomba-lomba memperoleh pulus lebih dari ekonomi digital.
Struktur ekonomi primer yang hanya mengandalkan
pada hasil alam tidak cukup memberikan kita lapangan kerja yang memadai
sehingga dengan terpaksa anak negeri ini menggantungkan hidup menjadi TKI di
negeri jiran. TKI kita bercerita tentang kecanggihan teknologi di negeri jiran
yang tidak dimiliki daerah kita. Namun mereka tidak menyadari bahwa kita juga
memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki perusahaan besar dengan teknologi
tinggi di daerah sendiri yang mampu mempekerjakan masyarakat kita. Sekiranya
pemerintah daerah kita memiliki kapasitas dan kompetensi mendatangkan investasi
multi million dollar dengan teknologi tinngi, akan terjadi proses transformasi
Kemiskinan di Lombok
Timur seperti dipelihara, karena dengan hal tersebut penguasa bisa terus
menerus melanggengkan kekuasaannya. Kemiskinan yang dipelihara melahirkan
masyarakat yang terus menerus tertarik dengan uang receh yang hanya diperoleh
ketika terjadi suatu kontestasi baik pilkada maupun pileg. Pikiran masyrakat
menjadi mandul karena berpikir tentang hari ini saja, kemampuan berpikirnya
menjadi tidak mampu menerobos dimensi waktu yang lebih jauh dari hari ini,
mereka tidak memiliki cita-cita tentang ekonomi yang bagus, tidak punya impian
dan gambaran tentang kebijakan yang memberi kail, karena mereka hanya berpikir
perlu ikan untuk makan hari ini.
Kondisi tersebut
menyebabkan politik transaksional, yang diperhalus sebagai norma “take and
give”, atau “memberi dan menerima” dalam budaya masyarakat kita. Dengan
“lingkaran setan politik transaksional” tersebut, masyarakat kita juga akhirnya
terjebak dalam “lingkaran setan kemiskinan” karena kita gagal memilih pemimpin
atau wakil kita yang mampu berpikir dan bertindak lebih dari sekedar pikiran
untuk melanggengkan kekuasaan.
Berabad-abad silam, negara-negara Eropa seperti Perancis dan Inggris memulai pengembangan sektor sekunder ekonominya dengan berkembangnya industri pengolahan yang disebut sebagai revolusi Industri, sementara kita hari ini masih saja berkutat dengan struktur ekonomi tradisional, seperti tak menemukan ide lain.
Berabad-abad silam, negara-negara Eropa seperti Perancis dan Inggris memulai pengembangan sektor sekunder ekonominya dengan berkembangnya industri pengolahan yang disebut sebagai revolusi Industri, sementara kita hari ini masih saja berkutat dengan struktur ekonomi tradisional, seperti tak menemukan ide lain.
Sebagai solusi atas
kondisi tersebut, kita berharap pemerintah dengan kewenangannya, betul-betul
serius membangun ekonomi Lombok Timur. Tarik investasi melalui networking yang
dimiliki, karena investasi tidak hanya meningkatkan PAD daerah, tapi memberi
dan memperluas kesempatan kerja. Dengan lapangan kerja yang terbuka, masyarakat
terdidik kita tidak akan hanya berlomba menjadi guru honorer, tapi berpeluang
juga berlomba menjadi manajer-manajer perusahaan. Lapangan kerja yang luas akan
meningkatkan daya beli masyarakat kita. Purchasing Power Parity yang meningkat
akan menyebabkan peningkatan konsumsi dan bergeliatnya ekonomi masyarakat.
Selain itu, pemerintah
harus mendorong tumbuhnya sektor industri pengolahan yang akan meningkatkan
nilai tambah dari sekto primer seperti pertanian dan perikanan. Pemerintah
perlu menghadirkan industri yang mengolah hasil bumi kita, seperti jagung
menjadi pakan ternak, beras menjadi tepung atau panganan kemasan, atau pengolah
tembakau menjadi rokok siap konsumsi, pengalengan ikan serta industri
pengolahan ikan lainnya. Banyak peluang ekonomi yang didapatkan dari hal
tersebut selain peningkatan nilai tambah barang, berupa perluasan kesempatan
kerja, peningkatan daya beli dan tumbuhnya enterpreneur-enterpreneur baru.
Pemerintah juga harus
lebih cerdas memilih program-program kebijakan ekonomi yang tidak hanya sekedar
populis, tapi memberi efek multiplier yang besar terhadap ekonomi masyarkat dan
daerah. Kebijakan-kebijakan pemerintah perlu dikaji secara ekonomi, cost
benefit yang akan terjadi serta efektivitas dan efisiensinya terhadap
pembangunan ekonomi, tidak sekedar sebagai kebijakan populis apalagi kebijakan
yang bersifat balas dendam.
Pemerintah dengan kebijakan
yang populis, memang dicintai masyarakat, itu hal bagus, tapi tidak cukup bagus
kalau tidak memberikan andil dalam pembangunan ekonomi masyarakat. Mari kita
kejar ketertinggalan kita dalam pembangunan ekonomi dengan mengikuti proses
politik yang rasional, memilih kandidat yang memiliki kompetensi dan kecakapan,
dan menmpatkan the right man on the right place.
No comments:
Post a Comment