Rumah Pusaka di Tengah Pemukiman Warga - gema darussalam

Breaking

gema darussalam

Bicara Apa Adanya, Berbagi Cerita dan Berita, Dari Desa Terbang Menyapa Dunia

Saturday, 8 December 2018

Rumah Pusaka di Tengah Pemukiman Warga


GEMADARUSSALAM_Jika kita ke Desa Rensing Bat dan berjalan-jalan di RT 04 Gubuk Tengak di tengah-tengah pemukiman padat penduduk Dusun Rensing Bat, Kita akan menjumpai Rumah kecil berukuran kurang lebih 1,5 x 2 meter beratapkan Daun Kelapa berdindingkan pagar bambu setinggi kurang lebih 3 meter berdiri tegak di antara perumahan warga. Masyarakat yang tidak tau mesti akan  bertanya, Rumah siapakah gerangan?.
Puluhan tahun lalu, Masyarakat Rensing Bat di gegerkan dengan tragedi kebakaran, semua rumah warga yang pada waktu itu masih beratapkan ilalang dan berdindingkan pagar bambu hampir tidak ada yang tersisa yang di akibatkan oleh kebakaran tersebut, hanya Masjid yang masih berdiri tegak dan rumah kecil yang ada di tengah pemukiman. Menurut informasi yang kami terima dari berbagai sumber, kejadiannya terjadi pada malam hari sehingga banyak harta benda yang tidak bisa di selamatkan namun tidak ada korban jiwa, bermulanya kejadian kebakaran tersebut menurut cerita dari orang-orang tua masih menjadi tanda tanya sampai sekarang, ada yang mengatakan api berasal dari rumah kecil tersebut dan ada juga yang bilang api berasal dari salah satu rumah warga yang ketumpahan minyak lampu pijar di dalam dapurnya.
Masyarakat Rensing Bat menyebut rumah itu “Rumah Bubus” atau “Rumah pusaka”. Rumah Pusaka itu oleh penunggunya sudah beberapa kali ingin merubah dinding dan atapnya secara permanen, Namun mahluk gaib yang merupakan isi dalam barang pusaka yang ada di dalam rumah bubus tersebut tidak mau tempat tinggalnya di perbaiki, ia hanya mau tinggal di dalam rumah seperti yang ada sekarang. Seperti yang di ceritakan Hidir salah seorang penunggu rumah bubus yang pernah bertemu mahluk halus tersebut dalam mimpinya.
Keberadaan rumah bubus yang berada di tengah-tengah pemukiman warga masyarakat Rensing Bat tersebut tidak pernah menjadi pengganggu dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya, Mahluk halus yang ada dalam rumah bubus tersebut tidak pernah mengganggu siapapun baik orang rensing bat sendiri maupun masyarakat luar desa rensing bat. Keberadaannya di tempat tersebut karena memang sudah dari dulu dan kononnya mahluk halus tersebut tidak ingin di pindahkan ke tempat lain walau sebelumnya oleh pengelola terdahulu beberapa kali berusaha untuk memindahkannya keluar dari tempat tersebut.
Hidir sang penunggu, Setiap malam Jum’at selalu membakar kemenyan di dalam rumah bubus tersebut,  Menurut kepercayaan masyarakat rensing bat terdahulu, pembakaran kemenyan bertujuan agar pusaka peninggalan nenek moyang tersebut terjaga dengan baik dan tetap utuh dalam menjaga dan melindungi masyarakat desa rensing bat dari gangguan orang yang ingin berbuat jahat. Keberadaan senjata pusaka ini juga oleh orang tua merupakan barang langka dan perlu untuk di jaga kelestariannya sebagai salah satu aset yang di miliki masyarakat rensing bat yang tidak di miliki masyarakat luar desa rensing bat.
Barang pusaka yang ada di dalam rumah bubus tersebut seperti yang di ceritakan Hidir kepada pihak media, hanya berupa Jungkat, keris dan batu, barang-barang ini dulunya di miliki oleh seorang bangsawan yang tewas di medan perang pada masa kerajaan yang ada di Lombok berperang dengan kerajaan yang ada di Bali, entah tahun berapa itu saya tidak tau, cerita hidir. Setelah perang berakhir, benda pusaka yang berbentuk jungkat adalah merupakan pusaka pertama yang kononnya berdiri dan di bawa oleh seseorang bersama keris-keris yang ada di sekitarnya untuk di bawa ke wilayah Rensing Bat dan memilih untuk meninggalkan pusaka tersebut selamanya di Rensing Bat. Menurut hidir, cerita ini ia dapat dari orang tuanya yang juga pernah menjadi penunggu rumah bubus tersebut.
Oleh keluarga penunggu di setiap tahun pada bulan Rabiul Awal tahun Hijriah, keluarga selalu melakukan Ritual yang di beri nama “Peririk Bubus” (Mengemas senjata pusaka agar tetap terawat dengan baik) dengan di barangi pembacaan Dzikir do’a oleh masyarakat sekitarnya pada malam Jum’at. Ritual meririk barang pusaka ini sudah menjadi budaya turun temurun sejak nenek moyang dan masih bisa kita lakukan sampai sekarang dan betul-betul kita lakukan seperti apa yang mereka lakukan dulu, Terang Hidir di akhir perbincangan malam itu.
Hidir juga menambahkan, sebenarnya banyak sekali kisah perjalanan tentang kelebihan yang di miliki oleh barang pusaka ini, namun hanya itu cerita yang saya dapat dari orang tua saya, Tutup hidir. (a_m)

No comments:

Post a Comment