GEMADARUSSALAM_Jika
kita ke Desa Rensing Bat dan berjalan-jalan di RT 04 Gubuk Tengak di
tengah-tengah pemukiman padat penduduk Dusun Rensing Bat, Kita akan menjumpai
Rumah kecil berukuran kurang lebih 1,5 x 2 meter beratapkan Daun Kelapa
berdindingkan pagar bambu setinggi kurang lebih 3 meter berdiri tegak di antara
perumahan warga. Masyarakat yang tidak tau mesti akan bertanya, Rumah siapakah gerangan?.
Puluhan tahun lalu, Masyarakat Rensing Bat di
gegerkan dengan tragedi kebakaran, semua rumah warga yang pada waktu itu masih
beratapkan ilalang dan berdindingkan pagar bambu hampir tidak ada yang tersisa
yang di akibatkan oleh kebakaran tersebut, hanya Masjid yang masih berdiri
tegak dan rumah kecil yang ada di tengah pemukiman. Menurut informasi yang kami
terima dari berbagai sumber, kejadiannya terjadi pada malam hari sehingga
banyak harta benda yang tidak bisa di selamatkan namun tidak ada korban jiwa,
bermulanya kejadian kebakaran tersebut menurut cerita dari orang-orang tua
masih menjadi tanda tanya sampai sekarang, ada yang mengatakan api berasal dari
rumah kecil tersebut dan ada juga yang bilang api berasal dari salah satu rumah
warga yang ketumpahan minyak lampu pijar di dalam dapurnya.
Masyarakat Rensing Bat menyebut rumah itu
“Rumah Bubus” atau “Rumah pusaka”. Rumah Pusaka itu oleh penunggunya sudah
beberapa kali ingin merubah dinding dan atapnya secara permanen, Namun mahluk
gaib yang merupakan isi dalam barang pusaka yang ada di dalam rumah bubus
tersebut tidak mau tempat tinggalnya di perbaiki, ia hanya mau tinggal di dalam
rumah seperti yang ada sekarang. Seperti yang di ceritakan Hidir salah seorang
penunggu rumah bubus yang pernah bertemu mahluk halus tersebut dalam mimpinya.
Keberadaan rumah bubus yang berada di
tengah-tengah pemukiman warga masyarakat Rensing Bat tersebut tidak pernah
menjadi pengganggu dalam keberlangsungan kehidupan masyarakat di sekitarnya,
Mahluk halus yang ada dalam rumah bubus tersebut tidak pernah mengganggu
siapapun baik orang rensing bat sendiri maupun masyarakat luar desa rensing
bat. Keberadaannya di tempat tersebut karena memang sudah dari dulu dan
kononnya mahluk halus tersebut tidak ingin di pindahkan ke tempat lain walau
sebelumnya oleh pengelola terdahulu beberapa kali berusaha untuk memindahkannya
keluar dari tempat tersebut.
Hidir sang penunggu, Setiap malam Jum’at
selalu membakar kemenyan di dalam rumah bubus tersebut, Menurut kepercayaan masyarakat rensing bat
terdahulu, pembakaran kemenyan bertujuan agar pusaka peninggalan nenek moyang
tersebut terjaga dengan baik dan tetap utuh dalam menjaga dan melindungi
masyarakat desa rensing bat dari gangguan orang yang ingin berbuat jahat. Keberadaan
senjata pusaka ini juga oleh orang tua merupakan barang langka dan perlu untuk
di jaga kelestariannya sebagai salah satu aset yang di miliki masyarakat
rensing bat yang tidak di miliki masyarakat luar desa rensing bat.
Barang pusaka yang ada di dalam rumah bubus
tersebut seperti yang di ceritakan Hidir kepada pihak media, hanya berupa
Jungkat, keris dan batu, barang-barang ini dulunya di miliki oleh seorang bangsawan
yang tewas di medan perang pada masa kerajaan yang ada di Lombok berperang
dengan kerajaan yang ada di Bali, entah tahun berapa itu saya tidak tau, cerita
hidir. Setelah perang berakhir, benda pusaka yang berbentuk jungkat adalah
merupakan pusaka pertama yang kononnya berdiri dan di bawa oleh seseorang
bersama keris-keris yang ada di sekitarnya untuk di bawa ke wilayah Rensing Bat
dan memilih untuk meninggalkan pusaka tersebut selamanya di Rensing Bat.
Menurut hidir, cerita ini ia dapat dari orang tuanya yang juga pernah menjadi
penunggu rumah bubus tersebut.
Oleh keluarga penunggu di setiap tahun pada
bulan Rabiul Awal tahun Hijriah, keluarga selalu melakukan Ritual yang di beri
nama “Peririk Bubus” (Mengemas senjata pusaka agar tetap terawat dengan baik)
dengan di barangi pembacaan Dzikir do’a oleh masyarakat sekitarnya pada malam
Jum’at. Ritual meririk barang pusaka ini sudah menjadi budaya turun temurun
sejak nenek moyang dan masih bisa kita lakukan sampai sekarang dan betul-betul
kita lakukan seperti apa yang mereka lakukan dulu, Terang Hidir di akhir
perbincangan malam itu.
Hidir juga menambahkan, sebenarnya banyak
sekali kisah perjalanan tentang kelebihan yang di miliki oleh barang pusaka
ini, namun hanya itu cerita yang saya dapat dari orang tua saya, Tutup hidir.
(a_m)
No comments:
Post a Comment