Tradisi Roah Kebian Sambut Ramadhan Jamaah Mushalla Darussalam Gubuk Madrasah - gema darussalam

Breaking

gema darussalam

Bicara Apa Adanya, Berbagi Cerita dan Berita, Dari Desa Terbang Menyapa Dunia

Sunday 5 May 2019

Tradisi Roah Kebian Sambut Ramadhan Jamaah Mushalla Darussalam Gubuk Madrasah

GEMADARUSSALAM-Roah Kebian adalah istilah yang sudah populer dan biasa digunakan bagi masyarakat Musahalla Darussalam Gubuk Madrasah Desa Rensing Bat Kecamatan Sakra Barat, istilah ini menunjukkan kesyukuran bagi masyarakat atas dipertemukannya kembali dengan Bulan yang mulia untuk melaksanakan salah satu dari rukun islam yaitu puasa dibulan Ramadhan.

Roah dalam rangka menyambut Bulan Suci Ramadhan merupakan ritual keagamaan yang masih terawat bagi Suku Sasak pada umumnya. Ini terlihat di jamaah mushalla darussalam, ibu ibu menyiapkan alakadar sebagai satu tradisi yaitu persiapan untuk acara ngandang dulang setelah pelaksanaan dzikir dan doa setah shalat magrib berjamaah

Tradisi ini masih terawat baik ditengah masyarakat Islam, Cuma masih kurangnya minat masyarakat disebabkan banyaknya kesibukan,Namun lain yang tampak terlihat di jamaah mushalla Darussalam Gubuk Madrasah, puluhan warga mendatangi Musalla untuk melaksanakan shalat Magrib Berjamaah, setelah itu langsung melakukan Zikir dan doa kesyukuran, selanjutnya semua jamaah duduk bersama untuk makan secara ngandang Dulang, Jamaah laki bini tua dan muda mengelilingi dulang menyantap makanan berupa nasi dan lauk seadanya yang di bawa oleh para ibu ibu rumah tangga sekitaran mushalla darussalam.

Jamaah Mushalla Darussalam Gubuk Madrasah, Insyaallah akan terus mengadakan dan melestarikan tradisi ini karena disamping sebagai acara menyambut ketibaan Ramadhan juga sebagai ajang silaturrahmi antar jamaah terutama jamaah sekitar Musalla Darussalam Gubuk Madrasah, demikian yang di sampaikan pengurus Mushalla Darussalam Sabtu, 5/5/2019.

Masyarakat Lombok secara umum memiliki banyak ritual, keagamaan, adat dan tradisi yang masih terjaga dan tetap dilaksanakan sampai sekarang.Tradisi yang paling umum dikalangan masyarakat Islam Sasak dan hampir setiap hari ada saja masyarakat yang melaksakannya roah. Roah yang dilaksakan dalam tradisi Islam Sasak memiliki nama atau sebutan yang berbeda-beda tergantung niat dan maksud orang yang akan mengadakan Roah.

Kebiasaan Roah Islam Sasak, tidak terlepas dari pengaruh yang dibawa penyebar Islam yang masuk ke Lombok yang berasal dari Pulau Jawa.  Masyarakat Jawa menyebutnya “Ruwahan” yang  berasal dari kata “Ruwah” merupakan bulan urutan ke tujuh, dan berbarengan dengan bulan Sya’ban tahun Hijriyyah. Kata “ruwah” sendiri memiliki akar kata “arwah”, atau roh para leluhur dan nenek moyang. Konon dari arti kata arwah inilah bulan dijadikan sebagai bulan untuk mengenang para leluhur.

No comments:

Post a Comment