Pemuda Desa, Jangan Pernah Gengsi untuk Jadi Petani - gema darussalam

Breaking

gema darussalam

Bicara Apa Adanya, Berbagi Cerita dan Berita, Dari Desa Terbang Menyapa Dunia

Monday 10 February 2020

Pemuda Desa, Jangan Pernah Gengsi untuk Jadi Petani


Kursus Tani di salah satu kelompok tani di Desa Rensing Bat, bersama PPL Pertanian Sarkawi, SP dan anggota kelompok tani
GEMADARUSSALAM.COM_Pertanian, sejatinya merupakan sektor informal yang mampu menampung tenaga kerja nyaris tanpa batasannya. Luasnya cakupan sektor ini, membuat sektor pertanian menjadi satu-satunya sektor yang bisa menampung tenaga kerja tanpa persyaratan khusus dan kualifikasi pendidikan tertentu. Semua kalangan dapat masuk ke sektor ini, asal memiliki kemauan kuat untuk bekerja keras.

Semakin menyempitnya lahan pertanian, juga bukan alasan untuk tidak terjun ke sektor ini, karena pertanian tidak terbatas hanya pada usaha tani atau budidaya semata, tapi juga meliputi aspek penyediaan alat-alat pertanian, pemasaran hasil pertanian, pengolahan hasil pertanian, penangkaran bibit atau benih, dan masih banyak aspek lain yang semuanya bisa menjadi peluang bagi siapa saja untuk menekuninya.

Lahan yang terbatas sebenarnya bukan berarti tidak bisa melakukan kegiatan usaha tani, sistim hidroponik, aquaponik, tanam buah dalam pot, tanam sayur dalam karung, adalah beberapa alternatif budidaya pada lahan terbatas. Kebutuhan alat pertanian baik yang tradisional  maupun modern semakin meningkat, juga membuka peluang penyerapan tenaga kerja di bidang produksi maupun disitribusi alat dan mesin pertanian. Demikian juga permintaan konsumen akan berbagai produk pangan olahan, akhirnya membuka peluang kerja di bidang pengolahan hasil pertanian.

Bibit atau benih yang menjadi komponen utama dalam budidaya pertanian, juga membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi penangkar bibit atau benih. Meningkatnya kebutuhan bibit dan benih untuk mendukung berbagai program pengembangan komoditi pertanian, juga menjadi peluang usaha bagi mereka yang tidak memiliki lahan pertanian yang luas, karena untuk usaha penangkaran bibit dan benih skala kecil atau menengah, tidak membutuhkan lahan yang luas.

Setiap petani pasti ingin hasil pertanian mereka bisa terserap oleh pasar, dan ini juga membuka peluang usaha untuk menjadi pelaku bisnis hasil pertanian yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja, mulai dari menjadi pedagang pengumpul, pedagang kecamatan, kebupaten, provinsi bahkan sampai kepada pelaku usaha ekspor hasil pertanian. Limbah pertanian yang selama ini nyaris belum termanfaatkan, juga bisa mejadi peluang usaha bagi mereka yang selama ini mengeluhkan sulitnya mendapatkan lapangan kerja. Dengin sedikit keterampilan mengolah limbah pertanian menjadi pupuk organik padat seperti pupuk kandang, kompos dan bokashi, limbah pertanian itu bisa menjadi ‘tambang’ untuk mendulang rupiah. Jika limbah pertanian tersebut kemudian di olah menjadi pupuk organik cair, nilai ekonomisnya akan meningkat beberapa kali lipat, apalagi permintaan akan pupuk organik saat ini semakian meningkat seiring dengan fenomena atau tren pertanian organik.

Baca juga : Hujan, Menantimu Berkepanjangan

Tidak memiliki lahan, Itu juga bukan berarti tidak bisa melakukan aktifitas di sektor pertanian. Usaha pengolahan hasil pertanian seperti pembuatan keripik, dodol buah, sirup, saus, manisan dan sebagainya adalah peluang usaha di bidang pengolahan hasil pertanian yang tidak membutuhkan lahan luas, dapat dilakukan di rumah sendiri. Kita dapat melihat banyak contoh orang-orang tua yang sukses menyekolahkan atau menguliahkan anak-anak mereka dari usaha home industry pengolahan hasil pertanian. Yang mereka tekuni.  Artinya peluang usaha di bidang pengolahan hasil ini, juga seuah peluang untuk meraih sukses, dan peluang itu akan terus terbuka selagi ada kemauan untuk memulainya.

Melihat besarnya peluang usaha di sektor  pertanian, pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus berupaya menggaet kalangan muda untuk mau bekerja dan berwirausaha di bidang pertanian. Tenaga kerja di bidang pertanian saat ini memang didominasi usia tua. Karena usia muda lebih senang bekerja di industri yang upahnya lebih pasti ketimbang pertanian. Selain itu, pekerjaan di industri lebih bergengsi tanpa harus berpanas-panasan di lapangan yang hasilnya tergantung dari faktor alam.

Data BPS tahun 2015 mencatat, sektor pertanian lebih didominasi petani dengan usia lanjut. Kelompok petani usia di bawah 34 tahun hanya berjumlah 3,36 juta atau hanya 12,85%, dari total 26,14 juta rumah tangga petani. Selebihnya merupakan petani dengan usia 34 tahun ke atas atau 87,14%. Sementara data lain menyebutkan, usia petani Indonesia pada 2013 terdiri 61,8 persen berusia lebih 45 tahun, 26 persen berusia 35-44 tahun dan 12 persen berusia kurang dari 35 tahun.

Rendahnya minat generasi muda atau pemuda untuk terjun di dunia pertanian dtengarai akibat adanya asumsi salah yang selama ini berkembang di masyarakat , antara lain :
  1. Bekerja atau berusaha di bidang pertanian bagi pemuda dianggap kalah ‘gengsi’ disbanding dengan menjadi pegawai pemerintah atau karyawan swasta. Kondisi ini membuat mereka berebut untuk bisa masuk ke lapangan kerja yang sejatinya pelauangnya sangat terbatas itu.
  2. Penghasilan sebagai petani dianggap tidak menjanjikan dan menjamin masa depan mereka, sehingga mereka enggan untuk terjun sebagai petani.
  3. Profesi petani hanya pekerjaan informal, menjadi petani sering dianggap bukan sebuah pekerjaan.
  4. Menjadi petani dianggap pekerjaan kasar yang sehari-hari hanya bergelut dengan lumpur dan tanah, sehingga muncul asumsi bahwa menjadi petani bukanlah pekerjaan yang bisa dibanggakan.
  5. Adanya anggapan bahwa ussaha tani butuh modal yang besar, dan sulit mengakses permodalan dari bank maupun lembaga keuangan lainnya.
  6. Adanya anggapan bahwa bertani butuh lahan yang luas, sehingga hanya mereka yang meiliki lahan luas yang bisa menjalankan usaha tani.
Padahal asumsi tersebut sama sekali tidak benar, karena menjadi di era teknologi seperti saat ini, justru merupakan pekerjaan yang prospeknya sangat menjanjikan. Analisa usaha hampir pada semua komoditi pertanian menunjukkan bahwa bertani merupakan jenis usaha yang paling menguntungkan disbandingkan dengan pekerjaan lainnya. Begitu juga dengan luas lahan dan modal usaha, bukanlah hal yang perlu menjadi ‘momok’, karena masih banyak usaha pertanian yang tidak membutuhkan modal besar dan lahan yang luas.

Berkembangnya mekanisasi pertanian dengan hadirnya berbagai alat pertanian modern, juga memberi kemudahan untuk menjalankan usaha tani. Tak perlu lagi membuang-buang tenaga berhari-hari ditengah terik matahari untuk menggarap lahan pertanian, karena keberadaan alata mesin pertanian sudah siap untuk menggantikan tenaga manusia maupun hewan. Biaya yang dikeluarkan untuk pengolahan lahan pun menjadi lebih murah, sementara waktu yang dibutuhkan juga mejadi lebih singkat.

Pandanglah disekeliling kita, begitu banyak lahan pertanian yang belum dimanfaatkan secara optimal, atau liriklah pekarangan rumah kita bisa dimanfaatkan untuk usaha tani hidroponik misalnya. Kenapa kita tidak tergerak untuk memulainya?, sementara kebutuhan sandang, pangan dan papan terus ‘membuntuti’ kehidupan kita. Bagaiman kita akan memenuhi semua kebutuhan itu, kalau kita tidak mau merubah ‘jalan hidu’ kita sendiri. Dan usaha pertanian pada lini manapun (budidaya, mekanisasi, pengolahan hasil, pemasaran hasil) adalah peluang terbuka yang menanti kiprah para pemuda.

Baca juga : Delema Petani Ketika Hujan Makin Menjauh

Begitu juga melimpahnya hasil pertanian, menunggu kiprah tangan-tangan trampil pemuda untuk mengolahnya menjadi produk olahan yang lebih tinggi nilai ekonomisnya. Kebutuhan alsintan yang semaikin meningkat, juga memberi peluang pemuda untuk mengembangkan kreativitas dan inovasi dengan menciptakan alat pertanian tepat gunya yang tentu saja bisa menjadi peluang usaha yang menjanjikan. Bisnis pertanian juga mamsih terbuka lebar untuk memberi kesempatan bagi para pemuda untuk berkiprah disana, apalagi sekarang bisnis pertanian sudah dapat dilakukan secara online, ini tentu menjadi sebuah kemudahan, karena tidak perlu lagi membuka ‘lapak’ berupa toko atau kios  untuk memasarkan hasil pertanian. Dan semuanya bisa dipelajari dengan mudah seiring dengan mudahnya mengakses teknologi informasi.

Satu hal yang harus diingat oleh para pemuda kita, suatu saat mereka pasti akan memasuki usia tua, dimana produktivitas individunya akan semakin menurun, Kalau pada saat memasuki usia tua tersebut, kita tidak memiliki bekal yang cukup, sengsara di masa tua, itu menjadi niscaya. Menunggu datangnya ‘mukjizat’ berupa lapangan kerja di sektor formal, mungkin hanya sebuah mimpi, sementara kehidupan kita adalah nyata. Maka dunia pertanian adalah pilihan yang bijak untuk memulai usaha bagi pemuda-pemuda kita, karena dunia inilah paling banyak menyediakan dan membuka peluang kerja bagi para pemuda. Tinggalkan gengsi ‘semu’ kalian, karena gengsi yang sesungguhnya adalah kita mampu menunjukkan keberhasilan yang kita raih dengan usaha keras kita. Dan salah satu sukses yang relatif ‘mudah’ untuk diraih adalah dengan menekuni usaha pertanian, tapi kalau tidak dimulai dari sekarang, maka kita akan terus dalam mimpi dan khayalan.

Momentum Sumpah Pemuda adalah spirit dan motivasi bagi pemuda, kalau mengharap pekerjaan yang sesuai dengan keinginan kita adalah sebuah kemustahilan, mengapa kita tidak mencoba ‘menembus’ kemustahilan itu melewat usaha tani. Yakinlah melalui usaha tani, para pemuda akan mampu menjadi ‘pahlawan’ bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain, dan itulah ‘ruh’ dari Sumpah Pemuda yang saat ini sedang kita peringati. Jangan hanya diperingati dengan acara seremonial semata, tapi harus dibuktikan dengan karya nyata. Ayo bangkit para pemuda, dunia pertanian yang menjanjikan masa depan gemilang sudah menunggumu.

Sumber : masfathan.wordpress.com

No comments:

Post a Comment