photo : Muhammad Sandi Amaq Rinjani |
Oleh : Muhammad Sandi Amaq Rinjani
Doa terbaik ku untukmu adik Eva, Karena sungguh aku tahu betul Dunia intertain ini. Jangan di peras lalu di campakan dan kaum sasak hingar bingar menjadi eporia Karena merasa terwakili akn dirinya bahwa ia ingin menjadi bintang.
Kembali kita disuguhkan
ajang pencarian bakat musiman ini sebutlah LIDA Liga Dangdut indosiar . Acara
ini disamping dilirik sebagai peluang bagi para calon entertainer muda untuk
adu bakat, mempromosikan diri dan mencari
popularitas; juga sebagai ajang rebutan rating antar stasiun televisi.
Dari setiap ajang pencarian bakat tentu
muncul juara. Kini, bagaimana nasib mereka? Masihkan mereka menekuni dunia
tarik suara? Atau, malah sudah menekuni profesi lain? Bahkan menghilang tanpa
jejak?
Secara umum ajang
seperti ini tidak semata-mata menjadikan seseorang menjadi selebriti, apalagi
dilakukan secara instan. Sebab, hal itu akan kembali lagi bagi calon selebriti
bagaimana mau mempertahankan karyanya di dunia hiburan.
"Kembali lagi
kepada pemenang dan managemennya yang hendel. Bukan berarti dengan ajang itu
seakan dapat tiket gratis menjadi artis.
Ajang pencarian bakat
memang momentum yang sangat bagus menunjukkan kemampuan seseorang. Apalagi jika
ingin meniti karir di dunia hiburan.
Sayangnya, ajang ini
justru seperti realty show yang hanya menjadi konsumsi publik sementara.
Sehingga tidak menintikberatkan pada karir seseorang.
"Hanya beberapa
yang bisa panjang karirnya dari ajang ini, seperti Fatin contohnya. Harus
mengeluarkan karya lainnya demi bertahan di dunia ini. Saya menyarankankan
buatmu adikku Yolanda tampilkanlah bakat terbaikmu, menundukkan kepala sebelum
menjadi tenar. Sebab, yang sering terjadi di Indonesia mereka menyombongkan
diri terlebih dahulu tanpa punya karya.
"Yang perlu diingat
ini ajang hanya musiman, jangan terlalu terlena dengan ajang seperti ini. Harus
bisa berkarya melakukan aktivitas lainnya setelah ajang ini selesai. Sebab, pihak
penyelanggara memang tidak menjamin karir seseorang menjadi selebriti.
"Tidak punya
kewajiban, mereka hanya fokus memikirkan dan menciptakan ajang atau acara itu
bisa disaksikan di seluruh Indonesia,untuk kepentingan dan keuntungan kapital
mereka sebesar besarnya. Vanantisme sasak menjadi taruhan pada Dunia POP yg sy
analogikan seperti korek API,negketis tenjot e Laguq semendaq .
No comments:
Post a Comment