Tembakau, Ibarat Bayi yang Baru Lahir - gema darussalam

Breaking

gema darussalam

Bicara Apa Adanya, Berbagi Cerita dan Berita, Dari Desa Terbang Menyapa Dunia

Friday, 10 July 2020

Tembakau, Ibarat Bayi yang Baru Lahir

www.gemadarussalam.com - Banyak cerita petani di tengah masih semerwutnya harga tembakau, tak kunjung berakhir pasca penanaman tembakau tahun 2020 ini. Semua petani dalam cerita yang sama, masih bertanya tanya akankah harga tembakau tahun ini akan lebih baik dari tahun kemarin.

Dampak kerugian petani ditahun lalu masih lagi terasa hingga kini, banyak yang mengeluh dalam keterpaksaan untuk tetap menanam walau tiada kepastian tentang harga yang akan di dapat ketika waktu panen tiba.

Kegelisahan petani terlihat jelas dari cara mereka menanam tembakau tahun ini, Sebelumnya mereka lebih suka membajak tanah perkebunan mereka sebelum di tanami tembakau, namun kini mereka lebih banyak menanam dengan tidak perlu melakukan pembajakan terlebih dahulu, cukup hanya dengan meletakkan jerami di sekitar tempat menanaman saja.

Waktu tanam tembakau tahun 2020 ini mundur dari biasanya, sebelumnya, petani rensing bat khususnya, biasa menanam di akhir Mei, namun karena keadaan hujan dan belum selesainya pemanenan padi,  petani tembakau menanam di pertengahan Juni hingga akhir juni.

Tembakau ibarat bayi yang baru lahir, dari mulai pembibitan hingga panen petani seakan tidak pernah tidak berada di areal perkebunan mereka, setiap batang tembakau harus di beri perhatian lebih agar bisa tumbuh sempurna seperti yang di harapkan.

"Beberapa orang petani di Desa Rensing Bat yang di temui media ini mengaku masih bingung dengan ketidak pastian harga mengingat harga tahun lalu yang jauh merosot, biaya produksi dalam 1 hektar mencapai hingga belasan juta, petani kebanyakan melakukan pinjaman di bank yang resikonya bila penjualan tidak sesuai nantinya akan sangat susah pembayarannya, akui salah satu warga. 

Sama halnya juga yang di sampaikan petani lain, dari mulai pengolahan tanah, penyemaian bibit, penanaman, pemupukan hingga pemanenan semua membutuhkan biaya besar, sementara biaya yang di gunakan berasal dari pinjaman di bank.

Banyak petani berharap kepada pemerintah untuk bisa menekan harga tembakau kering kepada perusahaan/gudang, setidaknya harga tersebut bisa untuk menutupi biaya priduksi karena tembakau ini membuat kami berubah dan sangat besar pengaruhnya bagi keberlangsungan hidup banyak orang terutama anak-anak yang sedang mengenyam pendidikan di perguruan tinggi, melalui hasil tembakau ini mereka bisa menjadi sarjana dan juga secara tidak langsung bisa merubah keadaan ekonomi kami selama ini, Akui salah seorang petani yang tidak ingin di sebut namanya.

No comments:

Post a Comment