Banyaknya petani yang menanam pada tahun 2019 tersebut dan banyak juga yang bangkrut dikarenakan harga yang anjlok dan masih terhutang di pembeli membuat masyarakat petani takut sehingga di musim tanam tembakau tahun 2020 ini tidak banyak petani yang menanam, banyak juga petani yang mengurangi areal tanamnya, biaya produksi dan sewa oven pengering belum bisa terbayar lunas di karenakan harga tembakau yang tidak sesuai dengan biaya yang di habiskan, ungkap salah seorang warga yang di jumpai media.
Anjloknya harga tembakau tahun 2020 lalu sangat besar efeknya sampai ke tahun sekarang ini, banyak yang ogah menanam di karenakan takut merugi lagi, petani banyak yang beralih ke tanaman cabe, tomat dan tanaman lainnya.
Dari hasil survei yang dilakukan ketua kelompok tani Sinar Tani Dusun Tembok Gading Desa Rensing Bat ke perkebunan petani menjumpai banyak sekali petani yang tidak menanam dan tidak mengoperasikan oven pengeringnya karena tidak ada tembakau yang mereka akan keringkan. Efek dari anjloknya harga tahun lalu membuat petani memilih untuk mengurangi areal tanamnya karena takut harga akan sama dengan tahun ini.
Peninjauan juga mendapati banyak pembeli yang datang mencari tembakau kering sejak pertama petani mulai memanen dan menurunkan tembakau dari oven pengeringnya, terlihat ada harapan dengan harga yang sedikit meningkat dari tahun lalu, Pemetikan daun pertama atau petani menyebutnya daun tanak yang sudah di oven mencapai harga 1 juta lebih perkuwintal. Ini membuktikan ada perubahan harga dari tahun lalu, "Sekarang kami mulai bersemangat mengelola tembakau dengan harga yang mulai naik di bandingkan tahun lalu, harapan mulai terdengar dan terlihat" ungkap salah seorang warga dari dusun rensing bat.
Masyarakat berharap harga ini akan terus meningkat dan bisa memenuhi kebutuhan kami dengan harga yang di tawarkan sekarang, mudah-mudahan akan terus berlanjut, sambungnya.
No comments:
Post a Comment